Pages

Wednesday, September 18, 2013

.:: Refleksi Diri ::.

Hari ini saya ingin mengajak pembaca semua untuk sama-sama refleksi diri. Refleksi diri sangat penting dilakukan setiap hari. Dalam erti kata lain refleksi diri membawa maksud muhasabah diri.
 
Alhamdulillah 'terpanggil' untuk berkongsi dengan sahabat-sahabat mengenai muhasabah saya pada hari ini.
 
 
1) Sentiasa tajdid (perbaharui) niat yang baik setiap masa
(melakukan sesuatu perkara ikhlas kerana Allah, terutamanya ibadah seharian)
 
Bagaimana agar diri ikhlas?
 
a) Banyak Berdoa
 
Lihatlah Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah doa:


« اَللّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ »

“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” (Hadits Shahih riwayat Ahmad)
 
Nabi kita sering memanjatkan doa agar terhindar dari kesyirikan padahal baginda adalah orang yang paling jauh dari kesyirikan. Inilah dia, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat besar dan utama, sahabat terbaik setelah Abu Bakar, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah,
 
“Ya Allah, jadikanlah seluruh amalanku amal yang saleh, jadikanlah seluruh amalanku hanya karena ikhlas mengharap Wajah-Mu, dan jangan jadikan sedikitpun dari amalanku tersebut kerana orang lain.”
 
 
b) Menyembunyikan Amal Kebaikan
 
Hal lain yang dapat mendorong seseorang agar lebih ikhlas adalah dengan menyembunyikan amal kebaikannya. Yakni dia menyembunyikan amal-amal kebaikan yang disyariatkan dan lebih utama untuk disembunyikan (seperti solat sunnat, puasa sunnat, dan lain-lain). Amal kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang lain lebih diharapkan amal tersebut ikhlas, karena tidak ada yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut kecuali hanya kerana Allah semata-mata.
 
 
c) Memandang Rendah Amal Kebaikan
 
Memandang rendah amal kebaikan yang kita lakukan dapat mendorong kita agar amal perbuatan kita tersebut lebih ikhlas. Di antara bencana yang dialami seorang hamba adalah ketika ia merasa redha dengan amal kebaikan yang dilakukan, di mana hal ini dapat menyeretnya ke dalam perbuatan ujub (berbangga diri) yang menyebabkan rosaknya keikhlasan. Semakin ujub seseorang terhadap amal kebaikan yang ia lakukan, maka akan semakin kecil dan rosak keikhlasan dari amal tersebut, bahkan pahala amal kebaikan tersebut dapat hilang sia-sia.
 
Sa’id bin Jubair berkata,
“Ada orang yang masuk surga karena perbuatan maksiat dan ada orang yang masuk neraka karena amal kebaikannya”. Ditanyakan kepadanya “Bagaimana hal itu bisa terjadi?”. Beliau menjawab, “seseorang melakukan perbuatan maksiat, ia pun senantiasa takut terhadap adzab Allah akibat perbuatan maksiat tersebut, maka ia pun bertemu Allah dan Allah pun mengampuni dosanya karena rasa takutnya itu, sedangkan ada seseorang yang dia beramal kebaikan, ia pun senantiasa bangga terhadap amalnya tersebut, maka ia pun bertemu Allah dalam keadaan demikian, maka Allah pun memasukkannya ke dalam neraka.”
 
 
d) Takut Akan Tidak Diterimanya Amal
 
Allah ta'ala berfirman:
 
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
 
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al Mu’minun: 60)
 
Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa di antara sifat-sifat orang mukmin adalah mereka yang memberikan suatu pemberian, namun mereka takut akan tidak diterimanya amal perbuatan mereka tersebut ( Tafsir Ibnu Katsir ).
 
Hal semakna juga telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Aisyah ketika beliau bertanya kepada Rasulullah tentang makna ayat di atas. Ummul Mukminin Aisyah berkata,
 
“Wahai Rasulullah apakah yang dimaksud dengan ayat, “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka” adalah orang yang mencuri, berzina dan meminum khamr kemudian ia takut terhadap Allah?. Maka Rasulullah pun menjawab: Tidak wahai putri Abu Bakar Ash Shiddiq, yang dimaksud dengan ayat itu adalah mereka yang solat, puasa, bersedekah namun mereka takut tidak diterima oleh Allah.” (HR. Tirmidzi dengan sanad shahih )

Ya saudaraku, di antara hal yang dapat membantu kita untuk ikhlas adalah ketika kita takut akan tidak diterimanya amal kebaikan kita oleh Allah. Karena sesungguhnya keikhlasan itu tidak hanya ada ketika kita sedang mengerjakan amal kebaikan, namun keikhlasan harus ada baik sebelum maupun sesudah kita melakukan amal kebaikan. Apalah artinya apabila kita ikhlas ketika beramal, namun setelah itu kita merasa hebat dan bangga karena kita telah melakukan amal tersebut. Bukankah pahala dari amal kebaikan kita tersebut akan hilang dan sia-sia? Bukankah dengan demikian amal kebaikan kita malah tidak akan diterima oleh Allah? Tidakkah kita takut akan munculnya perasaan bangga setelah kita beramal sholeh yang menyebabkan tidak diterimanya amal kita tersebut? Dan pada kenyataannya hal ini sering terjadi dalam diri kita. Sungguh amat sangat merugikan hal yang demikian itu.
 
 
e) Tidak Terpengaruh Oleh Perkataan Manusia
 
Pujian dan perkataan orang lain terhadap seseorang merupakan suatu hal yang pada umumnya disenangi oleh manusia. Bahkan Rasulullah pernah menyatakan ketika ditanya tentang seseorang yang beramal kebaikan kemudian ia dipuji oleh manusia karenanya, beliau menjawab,
 
“Itu adalah kabar gembira yang disegerakan bagi seorang mukmin.” (HR. Muslim)
 
 
f) Menyadari Bahwa Manusia Bukanlah Pemilik Syurga dan Neraka
 
Sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari bahwa orang-orang yang dia jadikan sebagai tujuan amalnya itu (baik karena ingin pujian maupun kedudukan yang tinggi di antara mereka), akan sama-sama dihisab oleh Allah, sama-sama akan berdiri di padang mahsyar dalam keadaan takut dan telanjang, sama-sama akan menunggu keputusan untuk dimasukkan ke dalam surga atau neraka, maka ia pasti tidak akan meniatkan amal perbuatan itu untuk mereka. Karena tidak satu pun dari mereka yang dapat menolong dia untuk masuk surga ataupun menyelamatkan dia dari neraka. Bahkan saudaraku, seandainya seluruh manusia mulai dari Nabi Adam sampai manusia terakhir berdiri di belakangmu, maka mereka tidak akan mampu untuk mendorongmu masuk ke dalam surga meskipun hanya satu langkah. Maka saudaraku, mengapa kita bersusah-payah dan bercapek-capek melakukan amalan hanya untuk mereka?
 
Ibnu Rajab dalam kitabnya Jamiul Ulum wal Hikam berkata:
“Barang siapa yang berpuasa, shalat, berzikir kepada Allah, dan dia maksudkan dengan amalan-amalan tersebut untuk mendapatkan dunia, maka tidak ada kebaikan dalam amalan-amalan tersebut sama sekali, amalan-amalan tersebut tidak bermanfaat baginya, bahkan hanya akan menyebabkan ia berdosa”. Yaitu amalan-amalannya tersebut tidak bermanfaat baginya, lebih-lebih bagi orang lain
 
 
g) Ingin Dicintai, Namun Dibenci
 
Saudaraku, sesungguhnya seseorang yang melakukan amalan karena ingin dipuji oleh manusia tidak akan mendapatkan pujian tersebut dari mereka. Bahkan sebaliknya, manusia akan mencelanya, mereka akan membencinya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang memperlihat-lihatkan amalannya maka Allah akan menampakkan amalan-amalannya “ (HR. Muslim)
 
Akan tetapi, apabila seseorang melakukan amalan ikhlas karena Allah, maka Allah dan para makhluk-Nya akan mencintainya sebagaimana firman Allah ta’ala:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا
 
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam: 96)
 
 
2) Menjadi orang yang lebih baik daripada sebelumnya
 
Maksudnya, kita sendiri cuba sedaya upaya menjadi orang yang baik. Menjadi orang yang baik perlu diutamakan berbanding ‘mencari’ orang yang baik. Ia lebih mudah kerana menjadi orang baik bermula dengan diri sendiri.
 
 
3) Bersahabat dengan orang yang baik
 
Sahabat yang baik adalah yang sentiasa mengajak kita ke arah kebaikan dan sentiasa mengingatkan kita pada Pencipta.
 
 
4) Mencinta Allah yang Maha Baik
 
Kita tekad sahaja untuk mencintai Allah. Jangan pandang cinta manusia lagi. Buru cinta yang utama dan pertama (cinta Allah), insya-Allah cinta kedua, ketiga akan memburu kita. Apabila kita mencintai Allah, Allah akan mencintai kita dan bila Allah telah mencintai kita, semua orang yang mencintai Allah akan turut mencintai kita. Rasulullah saw telah bersabda:  

“Sesungguhnya Allah SWT jika mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata: “Wahai Jibril, aku mencintai orang ini maka cintailah dia!” Maka Jibril pun mencintainya, lalu Jibril mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit dan berkata: “Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai orang ini, maka cintai dia.” Maka seluruh penduduk langit pun mencintainya. Kemudian orang itu pun dicintai oleh segenap makhluk Allah di muka bumi ini.” (Hadis Riwayat Bukhari)

Untuk mencintai Allah, kita wajib mencintai Rasulullah saw. Antara langkah-langkah menyintai Rasulullah saw itu adalah dengan banyak berselawat kepadanya, menegakkan sunahnya, menziarahi makamnya dan lain-lain lagi.
 
 
5) Menghargai orang-orang disekeliling kita dengan pandangan kasih sayang 
 
Hargailah orang-orang disekeliling kita selagi kita dan mereka masih ada. Pandang dengan nilaian kasih sayang dan berlemah lembut dengan mereka, terutamanya:-
 
a) ibu dan ayah yang kita kasihi kerana Allah
b) adik-beradik yang kita kasihi kerana Allah
c) saudara-mara yang kita kasihi kerana Allah
d) sahabat-sahabat yang kita kasihi kerana Allah
e) ustaz/ah dan guru/cikgu yang kita kasihi kerana Allah
f) dll
 
Inshaa Allah, dengan adanya muhasabah diri ini, mudah-mudahan kehidupan kita sentiasa dalam rahmat dan redha Allah. 'Upgrade' iman, ilmu, dan amal untuk gapai redha Allah, itu yang utama. Amin Ya Rabb.